Kegagalan itu tak pernah terjadi, yg terjadi hanyalah sukses yg
tertunda, jgn menyerah terus kerjakan semua yg kau yakini. Kegagalan hari ini
tidak untuk disesali, tapi untuk dipelajari, karena setiap hari adalah kesempatan
untuk memperbaiki diri (Mario Teguh) .
Setiap
kita tentunya memiliki banyak impian dan cita-cita, namun untuk meraih impian
itu memang bukanlah hal yang mudah dan penuh perjuangan.
Masih teringat di memory ku bagaimana kegagalan itu mengahmpiri ku...
Pengumuman UN telah selesai, sekarang aku hanya memfokuskan diri untuk bisa
tembus di PTN yang aku idam-idamkan. Hanya melalui tes SNMPTN lah yang bisa ku
harapkan lagi karena undangan untuk siswa PMDK tidak ku ambil. Setiap hari aku
datang untuk belajar ke tempat bimbel, dan setiap malamnya aku selalu membahas
bank soal SNMPTN tahun-tahun yang terdahulu. Selain berusaha aku juga berharap
kepada takdir yang Maha Kuasa agar apa yang kuimpikan dapat terwujud. Setiap
sholat ku, aku selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan dan
kelancaran.
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Inilah saatnya perjuanganku
untuk masa depan ku. Aku berusaha mengerahkan seluruh kemampuanku untuk
menjawab soal-soal itu. Pada saat tes aku memilih perguruan tinggi negeri
tempat ku tinggal, perguruan tinggi yang kupilih adalah perguruan tinggi
favorite tempat tinggal ku. Pilihan pertama ku adalah Pendidikan Kedokteran
Gigi, sebenarnya yang paling kuingini adalah Pendidikan Kedokteran aku memilih
FKG karena pasingradenya lebih rendah dari FK, dan pilihan selebihnya yaitu
Farmasi dan Akuntansi ketiganya di PT yang sama. Aku memilih paket IPC, dua
buah jurusan IPA satu juruan IPS, meski pengetahuanku tidak begitu mendalam
pada pelajaran IPS.
Akhirnya tibalah saat pengumuman kelulusan, hasil pengumuman kelulusan
diumumkan secara Online. Pada saat pengumuman aku pergi ke rumah teman tetangga
sebelah yang seangkatan dengan ku yang juga lagi cemas melihat hasil kelulusan.
Ketika aku mengetik no ujian waktu tes pada komputernya, dan pada layar monitor
terpampang bahwa aku dinyatakan BELUM LULUS. Semua pilihan ku tidak jebol satu
pun....
Aku hanya bisa terdiam melihat hasil atas apa usaha ku selama ini.... Aku tidak
tau harus mengapa? mau marah.....? marah kesiapa? Aku hanya bisa menangis di
hadapan kedua orang tua ku... Ya Tuhan.... Apakah yang kulakukan selama ini
masih kurang.... Aku selalu berusaha dengan terus belajar setiap hari dan
aku juga tidak pernah tinggal untuk selalu berdoa kepada-Mu.... Dan pada saat
itu terlontarlah perkataan yang tidak semestinya aku bilang, " Ya Allah
Engkau benar-benar tidak adil..... Beginikah balasan untukku dari mu....? Ya
Tuhan.... Kenapa keberuntungan tidak pernah Kau berikan untukku....". Pada
saat itu aku begitu marah, benci dengan diriku sendiri, dan penuh kekecewaan.
Karena kedokteran adalah jurusan yang sangat aku damba-dambakan, Menjadi seorang
Dokter adalah cita-cita dan impian ku semasa kecil...Kedua orang tua ku berusah
untuk menenangkan ku... Sekejap terlintas dibenakku mengenai PMDK, sekolah
menyatakan bahwa aku terpilih sebagai siswa PMDK dengan beberapa teman yang
lain. Tapi, aku tidak mencoba untuk mengambil PMDK, aku merasa percuma saja
mendaftar melalui jalur PMDK toh hasilnya pasti tidak bakalan lulus, karena
banyak siswa-siswa yang berprestasi dan memiliki nilai yang tinggi dari
ku.
Dalam suasana hati yang benar-benar kacau membuat pikiran ku begitu sempit.
Ingin rasanya aku menghilang menjauh dari bola mata kedua orang tua ku. Aku
benar-benar merasa menjadi anak yang tidak berguna, aku merasa seperti sampah
bahkan lebih menjijikkan dari sampah... Entah berapa lama aku berdiam diri dan
kadang kala terus saja menangis atas kegagalan itu. Memang banyak PTS yang
menyediakan jurusan Kedokteran...tapi, bagaimana dengan biayanya?? Mana ada
orang tua ku mempunyai uang sebanyak itu untuk membiayai ku di PTS. Hampir 200
juta rupiah biayanya, jalur ektensi (Non Reguler) memang ada di PTN yang ku favorite kan, tapi,
lagi- lagi uang....Uang yang bernilai tidak sedikit ?? Uang darimana???...
Entahlah... semenjak kegagalan itu aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mau masuk perguruan tinggi dimana lagi....
Begitu banyak suport yang diberikan oleh orang tua untukku. Hingga
orang tua memberiku sebuah pilihan dan saran. Orang tua bilang, kalau inginnya di dunia
kesehatan, bagaiman mencoba di jurusan yang masih dibilang baru ini... Jurusan
itu adalah Rekam Medis, sepupuku ada yang sudah menjalani perkuliahan pada
jurusan itu. Menurut dia jurusan ini masih langka di Indonesia dan bahkan
lowongan pekerjaannya pun masih begitu banyak. Segera ku cari informasi
mengenai jurusan Rekam Medis melalui Internet. Dan kulihat jurusan itu tidak
beberapa perguruan tinggi memiliki jurusan tersebut, jurusan Rekam Medis
ternyata masih dalam kategori langka di Indonesia. Dan kulihat masih banyak
Rumah Sakit yang membutuhkan tenaga profesi yang ahli di bidang Rekam Medis,
karena setiap Rumah Sakit kalau tidak memiliki tenaga Rekam Medis maka RS
tersebut belum layak disebut Rumah Sakit yang berstandar baik.
Orang tua ku menyarankan untuk masuk di jurusan ini, pertama yang ada
dibenakku masih belum tergoyanhkan dari yang namanya Kedokteran. Namun aku
berfikir, jika kedua orang tua ku meridoi di jurusan Rekam Medis maka aku akan
berusaha menerima permintaan mereka. Akhirnya aku telah kuliah di jurusan Rekam
Medis di salah Satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan tempat tinggal ku. Tidak terasa
sudah 6 bulan kulalui perkuliahan di jurusan ini, namun hati ku masih tetap
belum tertarik dengan jurusan ini. Selama 6 bulan yang kulalui aku merasa
kosong tidak ada minat sedikit pun untuk bisa meraih nilai yang memuaskan. Pada
saat ujian, aku juga belajar tapi aku belajar ya hanya sekedar belajar demi
ujian bukan bermaksud agar nilai ku tinggi dan mencapai nilai yang maksimal.
Ujian telah selesai, kini hanya menunggu nilai hasil semester I. Pada semester
II kami pun segera mengisi KRS dan mebayar uang kuliah. Sekejap aku tertegun
dengan nominal uang yang tertulis di kwitansi itu. Ya...Tuhan ternyata uang
selama aku kuliah disini tidak sedikit... Tiba-tiba keinginan ku untuk bisa
mendapatkan beasiswa berprestasi terfikir di benakku. Semenjak itu aku terus
berusaha untuk meraih nilai yang baik agar bisa lulus dalam kategori beasiswa
berprestasi.
Dan sesuatu yang tidak kusangka ternyata nilai ku di
semster I cukup memuaskan jauh dari apa yang ku harapkan. Dan sekarang aku
bertekad untuk menjalankan perkuliahan ini dengan sungguh-sungguh. Aku berusaha
berdamai deangan perasaan kecewa ini. Aku merasa ternyata jurusan ini tidak
seburuk yang aku fikirkan. Sekarang, aku bertekad kuliahku hanya untuk kedua
orang tua ku. Aku berusaha mengejar target demi membuat mereka bangga. Hanya
mereka lah tujuan ku untuk selalu berusaha mengejar IP yang lebih baik.